04 November 2008

Igo.....

Igo...

sebuah nama wanita...hehehehe...

seorang wanita hebat...

dulu,qta sering banget nongkrong berdua dan ngomongin hal2 aneh...hehehehe..

tapi sekarang,dia udah balik ke Kendari,dan jujur saia amat sangat merindukan saat2 qta berdua ngobrol yang aneh2...

dan tadi pagi,dia ngubungin saia,dan dia ngirim aku sebuah email yang isinya sebuah cerita yang bisa buat saia merinding..hehehehe

neh tulisannya....


Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai
sifatnya yang alami
dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di
hati saya ketika saya
bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun
dalam masa pernikahan,
saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah,
alasan-2 saya mencintainya
dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2
sensitif serta
berperasaan halus.
Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang
anak
yang menginginkan permen.
Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan.
Rasa sensitif-nya
kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan
suasana yang romantis
dalam pernikahan kami telah mementahkan semua
harapan saya akan cinta
yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan
keputusan
saya kepadanya, bahwa saya menginginkan
perceraian.
'Mengapa?', dia bertanya dengan terkejut.
'Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan
cinta yang saya inginkan'

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan
komputernya,
tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu,
padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria
yang bahkan tidak dapat
mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa
saya harapkan
darinya? Dan akhirnya dia bertanya, 'Apa yang
dapat saya lakukan untuk
merubah pikiranmu?'.

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab
dengan pelan,
'Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan
jawabannya di dalam hati
saya, saya akan merubah pikiran saya:
Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah
yang ada di tebing gunung
dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu,
kamu akan
mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?'

Dia termenung dan akhirnya berkata, 'Saya akan
memberikan jawabannya besok.'

Hati saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya
menemukan selembar
kertas dengan oret-2an tangannya dibawah sebuah
gelas yang berisi susu
hangat yang bertuliskan. ...

'Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu
untukmu, tetapi ijinkan saya
untuk menjelaskan alasannya.'

Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya
melanjutkan untuk
membacanya.

'Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu
mengacaukan program di PC-nya
dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus
memberikan jari-2 saya
supaya bisa membantumu dan memperbaiki
programnya.'

'Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu
keluar rumah,
dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa
mendobrak pintu, dan
membukakan pintu untukmu ketika pulang.'.

'Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu
nyasar di tempat-tempat
baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di
rumah agar bisa
memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. '

'Kamu selalu pegal-2 pada waktu 'teman baikmu'
datang setiap bulannya,
dan saya harus memberikan tangan saya untuk
memijat kakimu yang pegal.'

'Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir
kamu akan
menjadi 'aneh'. Dan harus membelikan sesuatu
yang dapat menghiburmu di
rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan
hal-hal lucu yang aku
alami.'
'Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan
itu tidak baik untuk
kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya
agar ketika kita
tua nanti, saya masih dapat menolong
mengguntingkan kukumu dan mencabuti
ubanmu.'

'Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu
menelusuri pantai,
menikmati matahari pagi dan pasir yang indah.
Menceritakan warna-2 bunga
yang bersinar dan indah seperti cantiknya
wajahmu'.

'Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga
itu untuk mati.
Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu
mengalir menangisi kematianku.'

'Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa
mencintaimu lebih dari
saya mencintaimu. '

'Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan
tanganku, kakiku,
mataku, tidak cukup bagimu.
aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan,
kaki, dan mata lain yang
dapat membahagiakanmu. '

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat
tintanya menjadi
kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk
membacanya.

'Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca
jawaban saya.
Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap
menginginkanku untuk
tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah
kita, saya sekarang
sedang berdiri disana menunggu jawabanmu.'

'Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk
untuk membereskan
barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit
hidupmu.
Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.'.

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya
berdiri di depan
pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya
memegang susu dan
roti kesukaanku.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah
mencintai saya lebih
dari dia mencintaiku.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah
berangsur-angsur hilang
dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat
memberikan cinta
dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu
sesungguhnya telah hadir
dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan
sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud
cinta dari
pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud
tertentu.
Karena cinta tidak selalu harus berwujud 'bunga'

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hohohoho....
ternyata dipublikasikan juga emailku,hehehehe...
bagus2,,,itulah arti dar sahabat dunk, memberikan sesuatu tidak harus berupa perbuatan yang nyata, tetapi justru doa ynag tulus dan ikhlas lebih berarti,,,